Pondok Gomang – Gamelan memiliki filosofi yang mendalam dan jarang setiap orang memahaminya. Mengenai filosofi gamelan tersebut, berikut kami sajikan tulisan KRMP (Kanjeng Raden Mas Panji) Aflakha Mangku Negara (Pengasuh Pondok Pesantren Wali Songo Gomang Bidang Seni dan Budaya:
Bismillahirohmanirohim
Allah Maha Agung, Maha Penyayang dengan segala cara upaya membuat makhluk agar dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Belajar adalah salah satu upaya kita mengetahui rahasi rahasia yang tersimpan, dan yang belum kita ketahui, sebagaimana didawuhkan oleh Imam Ghozali bahwasanya ilmu pengetahuan terbagi menjadi 2, yaitu:
- Ilmu Tashowur, yaitu ilmu yang dapat menggambarkan atau membayangkan arti dari suatu kata tertentu.
- Ilmu Tasydiq, yaitu ilmu yang dapat menyalahkan dan membenarkan dari suatu kata.
Pada masa lalu, khususnya di pulau Jawa yang kental akan nuansa tradisi – budaya, wayang kulit menjadi media yang sarat akan makna. Selanjutnya, semasa penyebaran agama Islam, wayang kulit digunakan sebagai media oleh Kanjeng Sunan Kalijaga untuk perlahan mengenalkan tradisi Islam kepada masyarakat saat itu. Maka tidak asing jika pagelaran wayang kulit senantiasa diidentikkan dengan Kanjeng Sunan Kalijaga.
Pagelaran wayang kulit sendiri selain terdapat seorang dalang (yang menjadi sutradara), juga diiringi wiyogo (penabuh) gamelan. Wiyogo secara filosofis bermakna siap siogo (siap siaga) terhadap apa yang diperintahkan oleh seorang dalang melalui isyarat cempolo.
Dalam tulisan ini, yang hendak diuraikan lebih lanjut adalah filosofi gamelan, yaitu alat yang ditabuh oleh wiyogo. Beberapa unsur gamelan antara lain:
- Gender
- Rebab
- Demung
- Saron
- Slentem
- Peking
- Gambang
- Bonang
- Kendang
- Gong
Beberapa alat yang di tabuh seorang wiyogo, sebenarnya masih ada banyak lagi, tapi makna dan filosofinya lebih mengerah kepada alat-alat tersebut di atas.
GENDER bermakna Gendero (Bendera). Orang baru lahir pasti membawa bendera masing – masing, seperti apa yang telah disabdakan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW :
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, قَلَ : حَدَّثَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ المَصْدُوْقُ : اِنَّ أَحَدُكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ في بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْفَةً ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذلك ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذلك, ثُمَّ يُرْسَلُ اِلَيْهِ المَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ, وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ
Artinya:
“Dari Abi ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menceritakan kepada kami, dan beliau adalah ash-Shadiq al-Mashduq (yang benar lagi dibenarkan perkataannya):
‘Sesungguhnya seseorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk sperma, kemudian menjadi segumpal darah seperti (masa) itu, kemudian menjadi segumpal daging seperti itu pula. Kemudian seorang malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan dengan empat kalimat: menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia’.
Hadits di atas menunjukkan bahwa bayi ketika lahir membawa bendera. Proses kelahiran seorang bayi merupakan peristiwa yang begitu sakral.
Maka gender ini adalah petanda bahwa kita sebagai manusia terlahir dengan merdeka, maka merdekakanlah dirimu layaknya Allah memerdekakan dirimu. Dan manusia terlahir di dunia pasti telapak tanganya menggenggam, bermakna ingin menguasai dunia seisinya, tapi ketika sudah mati pasti telapak tanganya terbuka, bahwa ini bermakna tidak akan ada satu manusia yang bisa mencukupi kekurangan dan kebutuhan semasa hidupnya, kecuali dirinya sendirilah yang bisa merasa cukup atas segala pemberian Allah meski sedikit atau banyak.
Sebagian kalangan masyarakat berfikir bahwa orang kaya itu adalah orang yang memiliki mobil banyak, rumah megah, usaha lancar, usahanya di mana-mana. Padahal jika kita berfikir lebih dalam lagi, jika ada orang merasa kaya tetapi dia masih mencari sesuatu atas dunia, berarti mereka belum kaya, malah bisa di katakan dialah orang yang faqir karena masih mencari sesuatu apa yang dia inginkan, padahal hal tersebut sudah pasti tidak akan bisa di dapatkan secara utuh apa yang menjadi kehendaknya.
Maka jika kalian melihat lautan itu luas, itu benar adanya, tapi masih ada yang lebih luas lagi, yaitu nafsu dan syahwat manusia, yang tidak akan merasa puas atas kehendaknya, maka jadilah raja di atas nafsu dan syahwatmu, tapi jika kau tidak bisa, maka kau akan menjadi budak di bawah nafsumu.
Bila ada seseorang datang kepadaku lalu ia bertanya: “Sesunggunya orang yang kaya itu bagaimana?” maka aku pun menjawab ”Orang yang menerima apa adanya pemberian dari Allah, dan merasa puas serta merasa syukur atas pemberian Nya”. Seperti yang dikatakan oleh Kanjeng Nabi:
بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ, وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ
Mereka telah di takdirkan atas 4 perkara dan akan dijamin semasa hidupnya yaitu :
- Rejeki
Rejeki yang tidak mungkin tidak diberikan kepada makhluq – makhluq Allah, jika ada seseorang berfikir bilamana rejeki itu hanya berupa uang, maka ialah orang kerdil yang kecil pengetahuanya, tanpa mau belajar betapa agung nikmat yang di berikan Allah. Coba kita bandingkan seumpama kita mempunyai sakit stroke, jika kita bawa ke dokter pasti itu lebih mahal biaya untuk penyembuhanya di banding uang yang kalian dapatkan semasa kerja 1 bulan penuh.
Maka kesehatan badan adalah termasuk rezeki yang tak terbandingkan harganya, begitupula ketika kau menjadi orang sukses atau bisa di bilang kaya, dan mempunyai uang untuk membeli apa apa yang kau inginkan, tapi kau mempunyai jiwa yang sakit, katakanlah sakit ambien, apakah yang dapat kau beli itu semua nikmat?, padahal kau berada di atas penderitaan penyakitmu. Maka pelajarilah adat kehidupan manusia dan adat Allah.
- Ajal
Yaitu mati dan hidup hanya kehendak Allah, Maka lakukanlah kebaikan semasa hidupmu, dan carilah kekasih semasa hidupmu yang dapat menghiburmu kelak di alam kubur. Orang bijaksana pasti lebih memilih kepentingan dunia untuk bekal akhirat, bukan kepentingan akhirat yang digunakan sebagai kamuflase selama hanya hidupnya di dunia.
Seumpama kau tau bahwa besok seorang presiden ingin mendatangi rumahmu, pasti kau sibuk merenovasi dan membersihkan rumahmu, seraya gembira dan berkata, betapa agungnya diriku, hanya rakyat jelata yang di datangi presiden.
Tapi mengapa ia tak memikirkan ketika ajal menjemputnya. Padahal seharusnya dia perlu membersihkan hatinya untuk menghadapi kematianya. Dimana – mana selalu berkata dan berteriak menceritakan bahwa dirinya adalah orang yang merasa dekat dan pecinta Allah, dekat kepada Nabi, dll, tapi mengapa ia tak mempersiapkan hatinya untuk menghadapi kematian, dan dia malah lari kalang-kabut seraya tak mau menghadapi kematian.
Bukankah kekasih selalu menahan rindu kepada kekasihnya? Tapi mengapa ia malah takut dan tak mau bertemu kekasihnya? Sudahlah berhenti berpura pura pada dirimu sendiri.
- Amal
Amal yang kau perbuat jika baik maka kau akan merasakan kebaikan, meski sebesar semut pudak, tapi sebaliknya jika amal yang kau lakukan jelek, maka kau akan merasakan pedihnya adzab.
فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.”
وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗايَرَهُۥۥ
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
Istilah jawa itu adalah menjabarkan makna dari “BECIK KETITIK OLO KETORO”.
- Celaka atau bahagia
Kalau dalam bahasa jawa saya sering mengatakan, “Susah bungah, bejo ciloko kui kersane Allah”.
Manusia adalah tempat Iri, srei, drengki, apes lan pati, pasti manusia tidak akan jauh dari sifat di atas, maka paksalah dirimu agar dapat menerima itu semua, karena orang yang selalu bahagia atas penderitaanya, maka dia adalah orang – orang pilihan, meski kau di timpa bencana kau tetap menerima dan kau berfikir bahwa itu hanya ujian bagimu, maka tetaplah bahagia atas Qodho dan Qodarnya Allah.
Coba renungkanlah sambil minum teh atau kopimu dan kau hisab sebatang rokokmu seraya berfikir, dunia dan isinya ini milik allah, makhluk juga milik allah, diri kita milik allah, tidak ada satupun yang utuh milik kita, lantas atas dasar perintah apa kau bertempat di dunia tapi seolah olah kau tak menunjukkan rasa bahagia sama sekali, maka senyumlah karena atas rahmat allah, dan sedihlah ketika sendiri atas dosa dosamu.
أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya:
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Tulisan ini sekedar menguraikan filosofi gamelan (gender). Bila ada kesalahan kata mohon maaf dan dimaklumi. Filosofi gamelan yang lain akan disambung pada tulisan berikutnya.
Penulis:
KRMP. Aflakha Mangku Negara